#2 Bisikan Monster (Grimgar)

Seorang pemandu pendek dengan mata berwarna teh hitam, hampir kemerahan, memimpin jalan menaiki tangga spiral. Shinohara tahu bahwa tangga itu sendiri adalah sebuah relik. Karena jika bukan, lalu apa lagi yang bisa menjelaskannya? Tangga-tangga itu, yang tampak terbuat dari sesuatu selain besi atau batu, berputar-putar, naik terus ke atas, di ruang terbuka yang tak terang maupun gelap. Tanpa ada dinding yang terlihat. Hanya tangga spiral itu.

Tangga yang tampak tak berujung itu berhenti tiba-tiba, dan mereka muncul di sebuah area yang tampak seperti hutan. Shinohara menengadah, tapi tidak ada matahari, bulan, atau bintang. Sebagai gantinya, ada cahaya berbentuk bulat yang tergantung di cabang-cabang pohon, atau diletakkan di atas tunggul.

Pemandu itu menoleh kembali untuk berbicara padanya. “Tuan menunggumu.”

Setelah menyampaikannya dengan singkat, pemandu itu berusaha pergi, tapi Shinohara tak bisa menahan diri untuk bertanya, “Siapa namamu?”

“Alice.”

“Apakah Sir Unchain adalah tuan yang baik?”

“Dia tipe orang yang akan mengubahmu menjadi monster jika kau mempercayainya. Bukan berarti aku menganggap dia manusia sama sekali.” Pemandu itu tersenyum tipis, lalu memperingatkan Shinohara, “Kau juga akan menjadi monster, cepat atau lambat. Aku rasa aku sudah menjadi satu. Atau setidaknya, setengah jalan ke sana.”

Setelah mengatakan itu, pemandu itu pergi. Shinohara pun terpaksa berjalan-jalan di lantai atas Menara Terlarang, mencari tuannya, sendirian.

Tuan itu duduk di sebuah kursi berlengan, matanya yang kosong terpaku pada buku yang tergeletak di pangkuannya. Shinohara terkejut melihat topi lebar dan tinggi yang biasanya ia kenakan, kini berada di lantai di kakinya. Di samping kursi itu ada sebuah pohon, bagian dalamnya telah dilubangi untuk dijadikan rak buku. Cabang-cabang yang saling mengait di atas membentuk sangkar, memenjarakan seorang wanita setengah telanjang di dalamnya.

“Kau sudah datang, ya?” Sir Unchain menutup bukunya dan menoleh ke arah Shinohara. Jika itu bahkan bisa disebut sebagai wajah. Ya, mungkin memang begitu. Pria itu tampak seperti mayat yang ditarik dari dasar laut, namun rambut panjangnya yang keriting dan jenggotnya penuh kehidupan. Setiap helai rambutnya seolah bisa bergerak sendiri kapan saja.

“Kami berhasil memastikan partisipasi kami dalam Pasukan Perbatasan. Kupikir aku akan datang untuk memberi hormat.”

“Akan menenangkan memiliki kehadiranmu di sini.”

Sir Unchain bangkit dari kursi berlengan itu dengan gerakan canggung tapi senyap, mengembalikan buku itu ke rak pohon.

“Apa pendapatmu tentangnya? Bagaimana kondisi Komandan Mogis?”

“Dia dalam semangat tinggi. Pria itu tampak serius ingin menjadi raja.”

“Seorang raja, hm?”

Ketika Sir Unchain mengangkat tangan kanannya, sebuah tongkat putih muncul entah dari mana dan terbang masuk ke genggamannya.

“Pada akhirnya, No-Life King akan terbangun, dan berdiri di hadapan semua raja.”

“Di manakah tuanmu beristirahat?”

Sir Unchain—atau lebih tepatnya Ainrand Leslie—mengeluarkan suara aneh yang mungkin tawa kecil, tapi tidak menjawab.

“Siapakah… kau…?” tanya wanita yang terkurung di dalam pohon itu dengan suara pelan.

“Aku dipanggil Shinohara,” jawabnya sambil tersenyum, dan wanita itu mengulangi namanya dengan mata kosong.

“Apakah kau… tahu… siapa aku…?”

“Ya. Sedikit saja.”

“Aku… tidak… Hanya… namaku…” Wanita itu menggeleng. “…Dark.”

Apakah dia yang memanggilnya? Seolah menembus pintu tak kasatmata di dada, benang-benang hitam panjang muncul, menenun diri mereka sendiri. Tak butuh waktu lama, benang-benang itu membentuk wujud humanoid.

“Itu…” mata Shinohara melebar. Itu sihir, tentu saja, tapi bukan jenis yang pernah ia lihat sebelumnya.

“Menjauh,” geram Sir Unchain. Shinohara langsung mematuhi.

Dark itu, atau apapun namanya, mengeluarkan suara aneh, berputar melawan arah jarum jam sambil membesar.

Sangkar dari cabang-cabang itu pecah. Wanita itu jatuh.

Untuk sesaat, Shinohara ragu apakah ia harus menangkapnya. Tapi tidak, itu tidak perlu. Dark menahan wanita itu.

Wanita itu turun dengan Dark melilit tubuhnya.

Seolah ia telah tumbuh sayap dari kegelapan.

“Aku… Shihoru… Aku hanya tahu namaku… dan Dark… tapi…” Wanita itu menatap Sir Unchain. “Dia bilang jika aku melakukan apa yang diperintahkan… aku bisa pulang…”

“Benar sekali.” Sir Unchain selalu berbicara dengan kata manis namun nada tegas.

Seolah makhluk ini tak memiliki perasaan sendiri.

“Jika tujuan kita tercapai, kau akan bisa kembali ke duniamu. Dunia asalmu. Tempat seharusnya kau berada.”


Dukung Terjemahan Ini:
Jika kamu suka hasilnya dan ingin mendukung agar bab-bab terbaru keluar lebih cepat, kamu bisa mendukung via Dana (Klik “Dana”)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Scroll to Top
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x